Home »
Headline
,
Hukum
,
Nasional
,
Politik
,
Sosbud
,
Suara Rakyat
» Renungan Raden Nuh Jadi Orang Tahanan
Renungan Raden Nuh Jadi Orang Tahanan
Written By Unknown on Sabtu, 17 Januari 2015 | 14.47
RNEWS - Penangkapan dan penahanan Raden Nuh, tokoh dibalik akun twitter fenomenal Triomacan2000 (TM2000) oleh Polda Metro Jaya, melahirkan cerita menarik seputar pengalaman hidup selama menjadi tahanan Blok A Tahti Krimnal Umum Polda Metro Jaya.
Raden Nuh, melalui akun twitter @MacanReturn dan @TheRoninWar menuangkan pengalamannya sebagai tahanan. Raden Nuh sudah ditahan selama lebih 70 hari karena dituduh pernah menyuruh mantan stafnya bernama Koes Hardjono melakukan pengancaman dan pemerasan terhadap Abdul Satar, mitra Raden Nuh di media online Asatunews.com. Raden sendiri membantah pernah memerintahkan Koes mengancam Abdul Satar, dan menegaskan bahwa tuduhan itu adalah fitnah sebagai dasar rekayasa kasus hukum yang dilakukan Abdul Satar terhadap dirinya.
Berikut ini adalah curhatan hati Raden Nuh, disalin kembali dari kuliah twit yang dilakukannya beberapa hari lalu.
Mencermati perjalanan hidup setahun sepanjang 2014. Penuh suka duka. Namun semua ini tetap wajib disyukuri karena semuanya adalah rahmat dari Allah SWT.
Pada setiap kesempatan tausyiah, ceramah dan diskusi seusai shalat Magrib atau Isya berjamaah di mesjid Tahti Polda, saya selalu mengajak jamaah untuk selalu memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmatNya yang tak terhingga dan tak pernah terputus.
Kepada para tahanan Polda Metro Jaya jamaah shalat Magrib & Isya, selalu saya ajak bersyukur pada Allah, banyak-banyak mengucapkan alhamdulillah, karena sesungguhnya karunia Allah itu luar biasa besarnya.
"Sesungguhnya Aku adalah prasangka hambaKu. Sebab itu, jangan pernah berprasangka buruk pada Allah", demikian disampaikan Raden Nuh dalam setiap kesempatan usai shalat berjamaah.
Para tahanan Polda memang wajib bersyukur pada Allah SWT atas karunia nikmat & rahmatNya. Luar biasa banyaknya yang mewujud dalam kesempatan aktifitas sehari-hari sebagai orang tahanan,
Para tahanan mendapatkan nikmat tidur, makan, ibadah dan olah raga teratur, yang mustahil mereka peroleh saat berada di luar tahanan. Mereka juga bebas tidak berkerja selama 24 jam, bebas mengikuti kuliah dan konsultasi hukum, ceramah dan diskusi ilmu agama, dan seterusnya.
Berbeda dengan persepsi masyarakat umum, fakta menunjukan suasana dan kondisi di rumah tahanan Polda Metro Jaya tidak menyeramkan atau menakutkan. Fasilitas tahanan sangat manusiawi, bersih, rapi, luas dan asri. Aneka tanaman tumbuh rimbun di halaman depan rumah tahanan Polda. Di samping itu, ada fasilitas olah raga seperti bulutangkis, tenis meja dan lapangan untuk senam pagi setiap hari. Di samping fasilitas itu semua, yang pasti dan terpenting, para tahanan merasa aman karena dijaga 24 jam sehari oleh para petugas Tahti Polda.
Penjara Media Penyembuhan dan Pencerdasan
Raden Nuh mengungkapkan fakta yang sudah terbukti, yakni penjara atau rumah tahanan Polda tempat penyembuhan dan pencerahan. Banyak tahanan semula dalam keadaaan sakit saat awal masuk RutanTahti Polda, ketika keluar dari rutan menjadi sehat wal afiat. Alhamdulillah.
Penyembuhan ini dapat terjadi karena di Rutan Tahti Polda Blok A, ada seorang tahanan yang ahli dalam pijat memijat terutama dalam menyembuhkan orang yang patah tulang, keseleo, salah urat dan sejenisnya. Seorang tahanan yang sudah hampir 2 tahun mengalami patah tulang lengan kanan atas, berhasil disembuhkan hanya dalam waktu tiga hari sejak diurut/dipijat oleh yang bersangkutan. Banyak lagi contoh penyembuhan yang lain.
Banyak tahanan semula bodoh, tak mengerti apapun kecuali berbuat kejahatan, keluar rutan jadi rada cerdas. Minimal mereka menjadi sedikit paham dan mengerti masalah hukum dan agama.
Di Tahti Polda Metro Jaya, Raden Nuh membuka praktek konsultasi hukum gratis untuk semua tahanan, dimulai sejal usia shalat Subuh setiap harinya. Untuk ceramah dan konsultasi agama, ada kepala madrasah yang juga berstatus tahanan Tahti Polda yang menjadi pakarnya.
Tapi nikmat Allah terbesar selama di Rutan Polda adalah terbukanya kesempatan luas untuk lebih mendekat pada Tuhan. Alhamdulillah. Nikmat lain yang didapat para tahanan adalah jaminan keamanan 24 jam sehari penuh. Di mana lagi tempat orang mendapat penjagaan keamanan dan tentu saja gratis.
Tidak hanya itu saja. Banyak teman yang sebelum menjadi tahanan Polda sangat jarang bertemu keluarganya, namun sejak menjadi tahanan hubungan mereka dengan sanak keluarga menjadi lebih dekat, akrab, mesra ... Sengsara membawa nikmat.
Dari hasil riset kecil-kecilan selama di Rutan Tahti Polda, menunjukan hasil, sekitar 50% orang menjadi tersangka (tahanan) karena kebodohannya sendiri, 20% karena'nasib', 30% karena memang 'niat'.
Rumah Tahanan adalah kampus kehidupan, potret wajah sebenarnya bangsa dan negara ini. Mungkin dapat juga disebut sebagai cermin karakter bangsa. Di Rutan terlihat banyak bukti bagaimana rusaknya moral aparat, korup, zalim, munafik, dan seteusnya. Di Rutan mudah ditemui petugas korup tetapi sulit ditemukan petugas juju dan bersih. Mereka mahkluk langka di Tahti Polda Metro Jaya.
Sebagian tahanan adalah penjahat tulen atau kambuhan. Sebagian lagi adalah calon penjahat, penjahat gadungan dan orang yang dituduh penjahat, difitnah sebagai penjahat atau dipaksa menjadi penjahat.
Kehidupan di rumah tahanan tak beda atau persis sama dengan kehidupan di luar rutan. Ada pembagian kasta, penggolongan, diskriminasi dan sejenisnya. Tahanan kaya, etnis cina atau orang asing semuanya ditempatkan di Blok B Rutan Tahti Polda. Sedangkan para tahanan pribumi, miskin, terlibat pidana kekerasan, penjahat kambuhan atau residivis pasti dijebloskan ke Blok A. Kenapa begitu? Seperti di luar, di Tahti Polda juga berlaku : Uang Maha Kuasa.
Hidup Di Rutan Mahal
Jika ada orang bilang, penjara atau rumah tahanan adalah hotel prodeo atau gratis, itu salah besar. Biaya hidup di rutan jauh lebih besar dan sangat mahal jika dibanding biaya hidup di luar. Istilahnya, biaya hidup di rutan atau penjara seperti menginap di hotel bintang lima. Semua serba mahal dan semua serba pakai uang. Jika tidak ada uang, siap-siap menjadi 'Corve" atau Korpe alias korban perasan alias menjadi pembantu atau babu di rumah tahanan.
Para korpe ini adalah para tahanan yang tak mampu membayar uang OT yang besarnya bervariasi Rp 5 - 20 juta per orang saat mereka masuk menjadi penghuni rumah tahanan. Jumlah uang OT (istilah untuk tahanan baru) Rp 5 - 20 juta per bulan itu belum termasuk biaya makan dan keperluan hidup lain seperti membeli rokok, kopi, uang mel petugas, uang keong dan lain-lain, jumlahnya bisa mencapai Rp 5 juta per bulan. Bahkan di Blok B ada uang setoran wajib sebesar Rp 300 per minggu per orang, uang keong (uang untuk buka pintu kamar tahanan) sebesar Rp 150 ribu per hari per kamar. Siapa bilang hidup di rutan murah?
Namun, praktek pungutan OT di rumah tahanan Polda Metro terhadap para tahanan baru sekarang sudah tidak ada lagi. Diskriminasi dan pengelompokan tahanan berdasarkan kelas sosial, kaya miskin, pribumi non pribumi sudah jauh berkutang. Juga sudah tidak ada lagi kekerasan seperti yang terjadi sebelum Raden Nuh bergabung menjadi penghuni Tahti Polda Metro Jaya. Sebagai orang tahanan pun, Raden mampu memberi pencerahan dan menjadikan rutan seperti kampus kehidupan.
Kehidupan di tahanan seperti kampus kehidupan di dunia luar. Bedanya, rumah tahanan itu adalah kampus unggulan penuh suka dan duka. Top Markotop.
(rst)
Semangat abang...Allah selalu bersamamu...
BalasHapus