Headlines News :
Home » , » Tanggapan TM2000 Surat Terbuka Prabowo

Tanggapan TM2000 Surat Terbuka Prabowo

Written By Unknown on Sabtu, 18 Oktober 2014 | 11.07


RNews   -  Surat Terbuka dari Prabowo Subianto dan Tanggapan TM2000.
Sahabatku sekalian,

Saya tahu banyak diantara kalian yang merasa masih tidak menerima, masih terluka, karena kita telah dikhianati oleh sistem yang tidak baik. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa kita harus menimbulkan perpecahan di bangsa kita.
Tanggapan : 


Bapak Prabowo Yth, 

Benar, kami adalah bagian dari 70 juta lebih pemilih dan pendukung Bapak yang tidak akan pernah menerima manusia palsu dan curang, boneka asing aseng dan antek menjadi pemimpin bangsa dan negara. 

Membiarkan pemimpin jadi-jadian seperti dia, akan hasilkan kehancuran bangsa dan negara, tidak sekedar perpecahan seperti yang Bapak khawatirkan.
----


Seperti sahabat ketahui, dalam berpolitik saya selalu mengutamakan keutuhan bangsa dan kejayaan Republik Indonesia. Saya paham bahwa ada negara-negara tertentu yang selalu ingin Indonesia pecah. Ada yang ingin rakyat Indonesia tetap tergantung sama mereka. Karena itulah saya ingin menjaga persatuan nasional.

Tanggapan : 

Dengan membiarkan komunis korup menjadi presiden, sama artinya kita menempatkan negara ke pintu gerbang kehancuran. Belum menjadi presiden saja, sudah mendukung referendum Papua Merdeka dalam 'Proposal Joko WIdodo' yang diserahkannya kepada aktifis pro-kemerdekaan Papua dan tokoh-tokoh Australia.
-----

Setelah saya renungkan mendalam, saya melihat di pihak PDIP dan koalisi mereka masih banyak patriot-patriot, anak-anak Indonesia yang juga cinta bangsa dan negara dan rakyat. Karena itulah saya memilih untuk terus berjuang untuk nilai-nilai yang kita pegang teguh yaitu Pancasila, UUD 1945 yang utuh dan asli, NKRI dari Sabang sampai Merauke yang kuat, yang adil, yang sejahtera, yang berdiri di atas kaki kita sendiri dan yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

Tanggapan :

Siapa patriot yang Bapak maksud di pihak PDIP? Apakah mereka merupakan decision maker dan leader di sana? Bagaimana Bapak bisa berpegang teguh pada Pancasila dan UUD 1945 yang utuh dan asli, sementara Bapak membiarkan diri dikooptasi musuh dan dikelilingi para Sengkuni keji? Bagaimana mungkin mewujudkan NKRI yang sejahtera ketika NKRI terancam disintegrasi dan kehancuran?
-----


Saya akan terus perjuangkan nilai-nilai itu, tetapi dalam kerangka senantiasa menjaga jangan sampai terjadi perpecahan di antara sesama bangsa Indonesia. Kita harus ingat bahwa pihak yang berseberangan dengan kita dalam sebuah pertarungan politik tidak serta merta dan tidak otomatis harus menjadi musuh kita.

Tanggapan : 

Musuh adalah musuh, teman adalah teman. Bagaimana kriteria Bapak dalam menentukan sesorang atau satu pihak sebagai musuh atau sebagai teman?
Apakah kejahatan, pengkhianatan, kecurangan, penyuapan, rekayasa, pemalsuan, sabotase dan sejenisnya itu, tidak cukup bagi Bapak untuk dapat mengenali musuh?
Bahkan Bapak secara sadar telah memberi legitimasi atas segala kejahatan musuh ...

-----

Dari sejak awal saya katakan bahwa pesaing kita adalah saudara kita juga. Memang ada pihak-pihak yang penuh kebencian, prasangka buruk, keserakahan, kedengkian dan jiwa yang curang. Tapi ingat dari awal saya menganjurkan kepada lingkungan saya, pendukung saya, sahabat-sahabat saya, apa yang saya tuntut dari diri saya sendiri yaitu berjiwalah sebagai seorang kesatria, sebagai seorang pendekar. Kalau ada pihak yang menebarkan kebencian, fitnah, kepada kita bukan berarti kita harus balas dengan sikap yang sama. Janganlah fitnah kita balas fitnah, janganlah kebencian kita balas kebencian. Janganlah kita bertindak sebagai individu yang berjiwa Kurawa.

Tanggapan :

Menegakan hukum, kebenaran dan keadilan wajib hukumnya bagi setiap insan yang beriman.
Menuntut hak dan menumpas kebatilan adalah wajib hukumnya bagi orang yang mampu memperjuangkan haknya dan sanggup menumpasa kebatilan.

----

Itulah sikap saya, dan karena itulah saya memilih jalan yang saya tempuh sekarang. Bukan berarti kita merendahkan nilai-nilai kita atau perjuangan kita. Semakin kita merasa benar, semakin pula kita harus rela menghormati orang lain, pihak lain. Kalau orang lain menghormati kita, kita menghormati orang tersebut. Bahkan kalaupun mereka tidak hormat pada kita, tidak ada salahnya kita menghormati terus.


Tanggapan :

Kami adalah bagian kecil dari tujuh puluh juta pendukung Bapak pada pemilu presiden 2014. Kami yakin, dan faktanya menunjukan begitu, setiap hari jumlah pendukung Bapak bertambah ratusan ribu hingga jutaan, seiring berjalannya waktu mengungkap semua kepalsuan dan penipuan yang dilakukannya.

Dia dapat menipu satu orang untuk selamanya
Dia dapat menipu semua orang pada suatu waktu
Namun, dia tidak dapat menipu semua orang untuk selamanya

-----

Saya mohon semua pendukung-pendukung saya untuk memahami hal ini. Saya mengerti sebagian dari saudara-saudara belum bisa menerima sikap saya. Tetapi percayalah, seorang pendekar, seorang kesatria harus tegar, harus selalu memilih jalan yang baik, jalan yang benar. Menghindari kekerasan sedapat mungkin. Menjauhi permusuhan dan kebencian.

Tanggapan : 

Kami tidak menganjurkan Bapak menempuh jalan kekerasan
Kami hanya memohon Bapak menempuh jalan yang benar, mendengar nasihat yang benar meski terasa perih di telinga dan menusuk di hati. Karena kami tidak bisa dan tidak biasa berkata manis memuja muji sementara hati kami busuk mengkhianati Bapak seperti perilaku para Sengkuni.
Musuh jangan dicari, tapi musuh datang jangan dihindari. Terlebih jika ia pencuri, perusak negari, pengkhianat NKRI, penjual bangsa dan negara ini. Di sinilah kita berdiri, memperjuangkan dan membela amanat penderitaan Ibu Pertiwi

-------

Sahabat, kita bukan pihak penakut. Sejak dari masa muda, saya pernah hidup sebagai seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia. Berkali-kali saya terlibat dalam operasi-operasi militer, dalam kontak-kontak tembak dengan musuh negara. Saya paham apa artinya kekerasan. Karena itulah saya sadar bahwa seorang pemimpin sejati, pemimpin yang bertanggung jawab selalu harus memilih jalan yang sejuk. Apalagi kalau ini adalah untuk menjaga kepentingan, keutuhan bangsa yang kita cintai.

Tanggapan : 

Penakut tidaklah sama dengan ceroboh. Pertarungan politik tidaklah jauh beda dengan pertempuran perang. Peluru diganti isu, senjata ditukar dengan media. Siapa mengendalikan isu dan media, dialah yang memenangkan pertarungan politik itu.
Keutuhan bangsa tidak mungkin di pertaruhkan di tangan orang yang culas, penipu, khianat dan tak punya nasionalisme.
-----


Sahabat, kita harus tetap militan, kita harus tetap patriotik. Kita harus menyiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan. Kalau kita hormat bukan berarti kita menyerah. Kalau kita sopan bukan berarti kita meninggalkan perjuangan kita. Tapi kita harus selalu berusaha mencari jalan yang damai, jalan yang baik. Kita harus selalu mengutamakan persaudaraan dan persahabatan.

Kalau semua usaha kita, pada saatnya nanti tetap tidak membuahkan sebuah hasil yang sesuai dengan kepercayaan dan cita-cita kita, dan keyakinan kita akan kepentingan bangsa dan rakyat, kalau bangsa Indonesia terancam, kalau kekayaan bangsa terus dirampok oleh bangsa lain, kalau kita sudah sekuat tenaga menciptakan kesadaran nasional, sebagai patriot dan pendekar bangsa kita harus tidak ragu-ragu mengambil tindakan yang dituntut oleh keadaan.

Saya sekali lagi menganjurkan kepada sahabat saya dan pendukung saya, marilah kita terus tegar. Marilah kita memperkuat diri, marilah kita menambah barisan kita. Yakinkan lingkungan kita semuanya, bangkitkan kesadaran nasional kita. Dulu saat Bung Karno bersama para pendiri bangsa memperjuangkan kemerdekaan, mereka pun berpuluh tahun harus membangun kesadaran nasional. Sekarang pun kita harus membangun kesadaran nasional, bahwa kita saat ini sedang diancam oleh bangsa-bangsa asing yang selalu ingin Indonesia pecah, Indonesia lemah dan selalu tergantung.

Tanggapan : 

Tegar tidak berarti kita harus menerima kejahatan dengan diam dan semakin tenggelam. Tegar adalah kemampuan kita bertahan dalam setiap jenis medan perang. Tegar bukan berarti kita menerima kejahatan sebagai kebenaran dan mengikhlaskan kecurangan sebagai bagian dari kenyataan.

Kita sadar ancaman bahaya besar, bahkan teramat besar sedang mengintai bangsa Indonesia. Sebentar lagi Indonesia akan menjadi mangsa. Mari kita tunjukan kekuatan, kita bulatkan tekad, kita penuhkan keyakinan, bahwa kita pasti menang.
----

Dalam pertemuan saya dengan saudara Joko Widodo tadi saya sampaikan, bahwa saya merasakan di dalam hati sanubari Joko Widodo yang paling dalam beliau adalah seorang patriot. Beliau ingin yang terbaik untuk Indonesia. Oleh karena itu saya memilih untuk membangun silaturahmi dengan beliau, sesuai dengan ajaran-ajaran budaya nenek moyang kita.

-------

Subhanallah ..begitu mulianya hati Bapak, hingga prasangka baik itu tak habis-habisnya mengalir dari jiwa Bapak yang bersih. Namun, prasangka baik jangan sampai membuat kita lengah dan lemah. Jangan sampai kebaikan Bapak dimaknai sebagai sikap lemah dan sudah menyerah. 

Apakah ada jiwa patriot dari seorang pengkhianat dan penjual negara? Mohon dengan hormat dan kerendahaan hati, kami diberikan bukti.
------

Apalagi agama Islam yang saya anut, mengajarkan saya bahwa menjalin dan memelihara silaturahmi, persahabatan dan persaudaraan jauh lebih mulia dan bermanfaat daripada meneruskan prasangka buruk, rasa curiga, apalagi terjerat dalam kebencian dan permusuhan. Ibarat api tidak bisa dipadamkan dengan api, maka kebencian dan fitnah mari kita balas dengan berbudi luhur, berjiwa kesatria. Semakin difitnah, semakin difitnah, semakin dihina, kita akan semakin tegar.

Tanggapan : 

Tak cukuplah sekali, dua kali, tiga kali bahkan berkali-kali dia umbar dan pertontonkan kejahatan diri. Kemunafikan, kebohongan, kepalsuan, korupsi, pengkhianatan terhadap Bapak, rakyat bangsa ini dan negara? Apakah segunung bukti dan fakta harus dipaksa dimaknai sebagai prasangka? Apakah mata karunia Allah Yang Maha Kuasa ini harus ditutup dan mengaku buta?

-----
Saya minta sahabat sekalian janganlah ragu kepada pilihan-pilihan saya. Janganlah mendorong saya untuk mengambil sikap yang tidak sesuai dengan jiwa saya sebagai ksatria. Janganlah mengira saya akan surut dalam perjuangan saya.

Tanggapan ; 

Bapak Prabowo yang baik dan patriot. Tidak ada satu pun kami pendukungmu meminta untuk melakukan sikap tidak satria. Kami selama ini mendorong, mendesak, memohon, meminta Anda untuk bertindak benar. Untuk menegakan hukum dan keadilan. Untuk menjadikan hukum sebagai Panglima, bukan alat kekuasaan. Bukankah hanya dengan hukum semua warga negara dapat sederajat dan setara? Lalu, kenapa dia bisa punya hak istimewa, kebal hukum, di atas hukum, mengangkangi dan menginjak-injak hukum?

-----

Saya juga telah sampaikan kepada saudara Joko Widodo bahwa perjuangan saya adalah membela UUD 1945 yang lahir 18 Agustus 1945, membela keutuhan NKRI, membangun suatu bangsa ber-Bhinneka Tunggal Ika yang aman, damai, kuat, adil, makmur dan sejahtera. Beliaupun menyatakan bahwa itu juga pegangan beliau. Saya juga katakan, kalau nanti dalam perjalanan Pemerintahan beliau ada kebijakan-kebijakan yang kurang menguntungkan rakyat, apalagi melanggar Pancasila dan UUD 1945 maka kami tidak akan ragu-ragu menyampaikan kritik kepada Pemerintah. Beliau menyambut ini dengan baik, dan beliau juga menyampaikan sewaktu-waktu akan mengundang saya untuk meminta pendapat dan masukan dari saya.

Tanggapan :

Alhamdulillah Bapak telah nyatakan sikap tegas Bapak membela UUD 1945, menjaga keutuhan NKRI dan seterusnya. Dia juga mengatakan hal yang sama sebagai pegangannya. Apakah Bapak percaya? Sekali dibohongi masih dimaklumi. Dua kali dikibulin masih dimaafkan, tapi jangan sampai tiga kali... Jangan oh janganlah ..cukuplah sudah ..jangan sampai kita dibohongi lagi.

In patriam fides summa
-----

Terima kasih, saudara-saudara. Sahabatku dimanapun berada.

Wassalamualaikum.

Salam Indonesia Raya,

Prabowo Subianto, 17-10-2014

Waalaikum salam Wr. Wb

Salam Merdeka 

TM2000, 17-10-2014
(Fahmi)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Jumlah Pembaca

 
Support : Copyright © 2011. Realitas News - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Realititas News