Home »
Headline
,
Hukum
,
Korupsi
,
Nasional
,
Opini
,
Politik
» Kilas Balik TM2000: Setelah Raden Nuh Ditahan, What Next?
Kilas Balik TM2000: Setelah Raden Nuh Ditahan, What Next?
Written By Unknown on Minggu, 18 Januari 2015 | 11.30
RNEWS - Kontroversi seputar pemilik/pengelola dan orang-orang yang berada dibelakang akun Twitter @TM2000Back (TM2000) sudah terungkap melalui penangkapan dan penahanan Raden Nuh oleh Polda Metro Jaya.
Raden Nuh ditangkap karena dituduh menjadi otak pemerasan dan pengancaman terhadap Abdul Satar, pengusaha swasta yang berkecimpung di sektor telekomunikasi. Namun, belakangan mulai terkuak bahwa laporan Abdul Satar itu hanya fitnah dan rekayasa untuk membungkam Raden Nuh yang sedang gencar-gencarnya membongkar korupsi di BUMN Telkom, yang ditenggarai merugikan negara sedikitnya Rp 28 triliun. Abdul Satar adalah salah satu terduga koruptor besar yang terlibat dalam korupsi terbesar sepanjang sejarah BUMN di Indonesia itu.
Penyidik Tidak Punya Bukti
Berkas perkara Raden Nuh kini bolak balik dari Polda ke Kejaksaan, karena memang tidak ada bukti apa pun yang mendukung laporan (palsu) Abdul Satar. Raden Nuh ditahan hanya berdasarkan keterangan Koes Hardjono (mantan staf Raden Nuh yang sudah dipecat pada 1 September 2014 karena kasus penggelapan aset Asatunews) di depan penyidik.
Hanya beberapa hari setelah Raden Nuh ditahan, Koes Hardjono kemudian sadar bahwa ia telah dimanfaatkan dan ditunggangi para koruptor. Koes membuat surat pernyataan pada 8 Nopember 2014, yang pada intinya merupakan pemgakuan bahwa ia telah dibayar dan diarahkan Abdul Satar - Wahyu Sakti Trenggono untuk memfitnah dan menjerat Raden Nuh sebagai tersangka guna membungkam aktivitas Raden membongkar korupsi Telkom-Telkomsel-TBIG dan lain-lain. ,
Abdul Satar, Wahyu Sakti Trenggono (mantan elit PKS, pernah jadi Bendahara PAN dan kini loncat ke PDIP), Arief Yahya (mantan Direktur EWS Telkom dan Direktur Utama Telkom, kini jadi menteri pariwisata), Arif Prabowo (VP Public Relation Telkom) adalah dalang semua fitnah dan rekayasa kasus hukum Raden Nuh.
Mereka menggunakan kekuatan uang puluhan miliar rupiah untuk menyuap oknum aparat hukum, membayar Koes Hardjono, membiayai puluhan media untuk memuat berita-berita tak benar dan menciptakan opini palsu, guna mendukung rekayasa kasus hukum Raden Nuh.
Masyarakat luas mungkin masih ingat sekitar dua bulan lalu media gencar memuat berita penangkapan dan penahanan Raden Nuh. Hampir semua memberitakan Raden Nuh ditangkap karena pemerasan terhadap BUMN Telkom. Padahal, faktanya adalah kasus Raden Nuh tidak ada kaitan dengan pemerasan Telkom. Raden Nuh ditangkap atas dasar keterangan palsu Koes Hardjono bahwa Koes mengaku pernah memeras Abdul Satar (pengusaha swasta) pada 20-25 Agustus 2014, di mana dalam keterangannya tersebut, Koes Hardjono mengaku ia memeras Abdul Satar karena diperintah oleh Raden Nuh.
Raden Jadi Tersangka Karena Keterangan Palsu Koes Hardjono
Kasus yang menjerat Raden Nuh semata-mata hanya karena keterangan tidak benar atau keterangan palsu dari Koes Hardjono di depan penyidik. Lalu Raden Nuh ditangkap tanpa pernah dipanggil untuk diperiksa oleh penyidik. Langsung main tangkap saja. Kenapa bisa terjadi demikian? Abdul Satar dan Trenggono dkk telah menyuap miliaran rupiah oknum-oknum aparat sehingga nekad melanggar hukum dan melakukan kriminalisasi terhadap Raden Nuh.
Mustahil Abdul Satar, Trenggono, Arief Yahya dan Arief Prabowo menggunakan uang pribadi mereka untuk menyuap aparat, membayar Koes Hardjono atau membayar puluhan media nasional untuk menjamin keberhasilan rekayasa kasus terhadap Raden Nuh. Besar kemungkinan, uang puluhan miliar untuk membiaya operasi ini berasal dari PT Telkom. KPK dan BPK dimohon untuk melakukan pengusutan terkait sumber pembiayaan operasi rekayasa hukum guna menjerat Raden Nuh.
Penangkapan dan penahanan Raden Nuh, advokat aktivis anti korupsi direncanakan secara matang, melibatkan aparat hukum dan media massa, serta menghabiskan biaya puluhan miliar rupiah. Uang puluhan miliar rupiah untuk operasi fitnah dan rekayasa kasus ini relatif kecil bila dibandingkan dengan jumlah uang negara yang dikorupsi Abdul Satar, Wahyu Sakti Trenggono, Arief Yahya dan Arief Prabowo cs, yang nilainya puluhan triliun rupiah.
Kilas Balik TM2000
TM2000 selalu menarik dijadikan berita, apalagi di tengah-tengah penahanan dirinya oleh Polda Metro Jaya akibat laporan palsu yang dilakukan oleh Abdul Satar dan Wahyu Sakti Trenggono, didukung oleh Arief Yahya dan kawan-kawan yang merupakan komparador Abdul Satar - Trenggono dalam melakukan KKN di PT Telkom, Telkomsel dan Telkom Grup.
Tak kurang Prof Dr Mahfud MD pernahmemberikan analisisnya tentang siapa sebenarnya pemilik akun pencerahan dan antikorupsi itu. Sebagai seorang pakar hukum, tokoh bangsa, dan pribadi yang pernah secara langsung bertemu dan berdikusi dengan pemilik akun @TrioMacan2000, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu memberikan analisisnya tentang pengelola akun tersebut.
Berikut analisis Prof Mahfud MD sebagaimana yang dimuat di koran Sindo (18/5/2014) lalu.
"Akun twiter TM2000 memang luar biasa dengan kultwit-kultwitnya yang tajam dan, sepertinya, tahu hampir semua persoalan politik dan segala gossipnya. Dengan lancarnya dia membuat kultwit tentang permainan hukum dan politik. Dia, misalnya, bisa membela Anas Urbaningrum dan menyerang SBY dengan analisis fakta yang rasional. Dia pernah menyerang Dahlan Iskan dan JAM Pidsus Marwan Effendi tentang isu yang sebelumnya tak pernah dibayangkan orang lain.
Teranyar TrioMacan2000 (TM2000) menghebohkan dunia politik ketika dua hari yang lalu (Rabu, 15 Mei) melempar 'gosip' perselingkuhan istri kedua seorang menteri dengan anak tirinya. Tak tahan dengan guliran isu itu, Menteri Koperasi Syarief Hasan dan istri keduanya, Ingrid Kansil, melaporkan TM2000 ke Polda Metro Jaya.
Hebatnya, TM2000 seperti tahu semua hal di negeri kita. Isu apa pun yang ditanyakan kepadanya biasanya dijawab dengan lancar dan hampir meyakinkan. Dengan mengalir dia bisa bercerita tentang pejabat yang ditudingnya mencuri uang negara dengan segala modus yang dilakukannya. Dengan lancar pula dia menceritakan track record orang-orang penting disertai analisis yang bukan kacangan.
Para follower akun TM2000 sering dirangsang untuk selalu mengikuti kultwit-kultwitnya. Saya pun aktif mengikuti kultwit-kultwitnya, meskipun tidak selamanya untuk mencari berita yang valid di balik berita yang terbuka. Adakalanya, saya hanya ingin tertawa dan ingin tahu siapa yang dikerjain hari ini melalui cara-caranya yang centil dan menohok.
Saya sendiri harus mengakui bahwa cerita-cerita dari TM2000 itu sering kali logis, didukung oleh fakta dan dengan analisis yang memadai. Tetapi adakalanya juga kultwit-kultwitnya tidak dapat sepenuhnya saya percayai.
Hebatnya, TM2000 ini tidak atau belum diketahui jatidirinya oleh siapa pun. JAM Pidsus Marwan Effendi pernah melaporkan TM2000 ke Polri karena fitnahnya tentang pembobolan uang negara oleh sang JAM Pidsus di BNI. Tetapi ketika orang yang dituduhnya sebagai pemilik akun TM2000 diajukan ke pangadilan, ternyata akun TM2000 terus ngoceh. Artinya, orang yang digelandang ke pengadilan atas pengaduan JAM Pidsus itu bukanlah TM2000 yang sesungguhnya.
Logikanya kalau TM2000 sudah ditangkap dan bisa digiring ke pengadilan seharusnya akunnya juga berhenti. Tetapi akun TM2000 semakin keras ocehannya, sampai sekarang. Bahkan kultwit-kultwit sensasionalnya semakin banyak. Tanpa bermaksud mendahului kerja polisi, terus terang, saya agak pesimistis polisi bisa menemukan TM2000 dalam mem-follow-up laporan Menteri Syarief Hasan. Sebab, TM2000 ini sangat rapi menyembunyikan dirinya. Saya menduga kuat bahwa TM2000 ini terdiri dari sekumpulan orang yang cukup banyak sebab dia mengerti informasi hampir semua hal. Maka sulitlah membayangkanaka ada 'orang' yang bisa diidentifikasi sebagai sebagai pemilik atau penanggung jawab akun Twitter TM2000.
Tetapi percayalah pada kisah saya ini. Saya pernah bertemu langsung dengan TM2000, tetapi kemudian kehilangan jejak dan tak tahu lagi siapa orangnya. Pada suatu pagi, saya dihubungi oleh Gus Solah (KH Salahuddin Wahid), yang memberitahu bahwa dia akan menemani seseorang yang ingin sekali bertemu dengan saya. Karena yang meminta Gus Solah, langsung saya jadwalkan hari itu juga ke rumah saya jam 17.00 sore, sepulang saya dari kantor. Saya tidak bertanya, siapa orang yang ingin ketemu saya itu.
Benar saja, setiba di rumah sore itu, di teras rumah sudah ada dua anak muda menunggu saya. Kertika saya tanya, mereka menjawab bahwa merekalah yang berjanji ke rumah saya bersama Gus Solah. Sebelum Gus Solah datang, saya ajak ngobrol mereka panjang-lebar. Mereka tahu banyak hal tentang pollitik dan tentang simpul-simpul korupsi dalam dunia perminyakan, tahu tentang kerumitan peta politik, tahu tentang profil parpol-parpol. Yang menarik, saat itu, dia sudah menyebutkan bahwa SBY akan memunculkan Gita Wiryawan untuk coba ditawarkan kepada rakyat menjadi calon presiden. Setelah Gus Solah datang, pembicaraan semakin seru.
Anehnya, apa yang kami bicarakan sore itu beberapa hari kemudian muncul dalam kultwit berseri TM2000. Maka itu, saya segera menelepon Gus Solah, menanyakan siapa gerangan dua anak muda yang diantar Gus Solah ke rumah saya itu. Saya kaget ketika Gus Solah menjawab bahwa dirinya pun tak tahu siapa mereka. Dirinya hanya mengantar karena dimintai tolong melalui SMS. Sekarang ini, baik saya maupun Gus Solah tidak tahu siapa mereka dan tidak ingat lagi seperti apa wajahnya.
Makanya saya berkesimpulan bahwa TM2000 itu bukan seorang, melainkan jaringan orang-orang yang diorganisasi secara rapi. Tak mungkin juga TM2000 itu pekerja bayaran yang dibayar oleh orang yang ingin dikultwitkan secara positif, sebab dia tak pernah menunjukkan dirinya. Kalau ada orang meminta uang dengan mengaku-aku sebagai TM2000 pastilah palsu, sebab TM2000 itu tak mau dirinya diketahui.
Saya pernah bertanya kepada Deputi Menkominfo, Pak Gatot, apakah mungkin ada alat yang bisa melacak TM2000. Pak Gatot mengatakan alat teknologi informasi memungkinkan menemukan akun siapa pun, termasuk TM2000. Tapi, nyatanya, sampai sekarang tak ada yang bisa menemukan. Mengherankan, bukan?"
(Fahmi 99)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !