RNews - Pemerintah melalui Pertamina harus menghentikan impor BBM hingga total 11 juta barel, lebih tinggi sekitar 30 persen dari kebutuhan.
“Kebijakan ini akan membebani keuangan APBN dan membebani rupiah untuk bisa kembali menguat,” kata Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahaean dalam pernyataan seperti dikutip intelijen, Jumat (3/4).
Menurut Ferdinand, pemerintah harus cermat mengambil langkah kebijakan terkait pengadaan BBM ini supaya tidak menjadi beban buat APBN.
Ia juga mengatakan, pemerintah harus melihat indikator-indikator yang kemungkinan akan membuat harga minyak bulan depan akan turun secara drastis, overkuota produksi minyak Irak, berakhirnya perang Arab Yaman, adanya perbaikan hubungan Iran dengan Amerika serta berita yang menyatakan bahwa Amerika belum siap menaikkan interest rate tentu akan membuat harga minyak segera turun dari harga yang sekarang.
“Kami menduga minyak bulan depan akan bertengger pada harga dibawah USD 50/ Barel,” papar Ferdinand.
Kata Ferdinand, jika Pertamina impor minyak besar-besaran saat ini, maka bulan depan impor ini akan menyebabkan kerugian kepada Pertamina.
“Jangan sampai kebijakan aneh-aneh dan tidak antisipatif dari pemerintah terus menerus menjadikan Pertamina merugi,” jelas Ferdinand.(Anneza-02)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !