
RNews - Siapa saja bakal jadi Direktur Utama PT Pertamina (Persero) tak masalah asalkan benar-benar ingin mengabdikan dirinya untuk kepentingan negara dan kejayaan Pertamina. Rakyat muak dengan slogan dan janji-janji kosong sekedar untuk pencitraan, seperti janji menteri BUMN Dahlan Iskan yang sesumbar mengantarkan Pertamina mengalahkan Petronas (BUMN Malaysia) dalam tempo dua tahun, namun ternyata Dahlan bohong besar.
Demikian disampaikan Suryawijaya Direktur Eksekutif Migas Watch kepada wartawan, Sabtu 4 Oktober kemarin, di Jakarta. Mengenai mencuatnya nama Hari Karyuliarto sebagai calon terkuat Direktur Utama Pertamina, Migas Watch tegas menolaknya. Migas Wacth mempunyai bukti keterlibatan Hari Karyuliarto pada korupsi alokasi gas di Gresik, Jawa Timur bersama-sama PT Media Karya Sentosa, SKK Migas, Pertamina EP dan Bupati Bangkalan, yang menyebabkan rakyat Bangkalan Madura menderita selama tujuh tahun terakhir dan negara dirugikan Rp 5 triliun.
"Belum lagi dugaan korupsinya pada sewa kapal Pertamina yang pernah mencuat beberapa waktu lalu," ungkap Suryawijaya menyebut 'beberapa daftar dosa' Hari Karyuliarto, yang dituding Migas Watch lebih mengutamakan kepentingan kelompoknya daripada kepentingan negara.
"Hari Karyuliarto jelas terlibat KKN di Pertamina. Hampir semua staf di direktorat Pertamina Gas yang dipimpinnya non muslim. Ini perilaku berbahaya. Sektarian dan sumber korupsi," tegas Suryawijaya.
Jasa Hari Karyuliarto Fasilitasi Rapat JK - Karen
"Hari Karyuliarto jelas terlibat KKN di Pertamina. Hampir semua staf di direktorat Pertamina Gas yang dipimpinnya non muslim. Ini perilaku berbahaya. Sektarian dan sumber korupsi," tegas Suryawijaya.
Jasa Hari Karyuliarto Fasilitasi Rapat JK - Karen
Nama Hari Karyuliarto mulai mencuat kembali usai memfasilitasi pertemuan gelap antara Wapres Terpilih Jusuf Kalla dengan Dirut Pertamina Karen Agustiawan pada Agustus lalu yang sempat menghebohkan publik.
Sementara itu, Arie Soemarno disebut bakal dipercaya menjadi komisaris BUMN minyak negara itu. Arie adalah kakak kandung Rini Soewandi mantan Ketua Tim Transisi Jokowi. Namun, banyak penolakan terhadap Arie terkait keterlibatannya pada berbagai kasus korupsi di masa lalu, di antaranya korupsi Zatapi dan Petral.
Mengenai kans Deputi Pengendalian Komersial SKK Migas Widhyawan Prawira Atmaja dan Hari Karyuliarto yang Direktur Gas Pertamina sekarang dijagokan menjadi pengganti Karen Agustiawan, dinilai berbahaya oleh ekonom dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Dahnil Anzar Simanjuntak.
Peluang Hari Karyuliarto menjabat direktur utama BUMN yang pernah dijanjikan Menteri BUMN Dahlan Iskan bakal mengalahkan Petronas pada tahun 2014 ini lebih besar. Karena, Hari dikenal sebagai kader Arie Soemarno saat menjabat Direktur Utama Pertamina dulu.
Di samping itu, Hari Karyuliarto sangat dekat dengan Purnomo Yusgiantoro, mantan menteri ESDM yang kini Menteri Pertahanan. Jaringan Katolik yang dibangun dan dibesarkan Purnomo Yusgiantoro, terutama di sektor migas, akan lebih terjamin kelangsungannya jika Hari Karyuliarto menempati posisi orang nomor satu di Pertamina. Sebelumnya, Hari Karyuliarto yang pernah menjabat Wakil Direktur Utama Pertamina itu disebut telah berjasa besar kepada Jusuf Kalla (JK), termasuk ketika Hari berhasil mempertemukan Karen Agustiawan dengan JK dua bulan lalu.
Di samping itu, Hari Karyuliarto sangat dekat dengan Purnomo Yusgiantoro, mantan menteri ESDM yang kini Menteri Pertahanan. Jaringan Katolik yang dibangun dan dibesarkan Purnomo Yusgiantoro, terutama di sektor migas, akan lebih terjamin kelangsungannya jika Hari Karyuliarto menempati posisi orang nomor satu di Pertamina. Sebelumnya, Hari Karyuliarto yang pernah menjabat Wakil Direktur Utama Pertamina itu disebut telah berjasa besar kepada Jusuf Kalla (JK), termasuk ketika Hari berhasil mempertemukan Karen Agustiawan dengan JK dua bulan lalu.
Sementara itu, menanggapi rumor bahwa Ari digadang-gadang akan menjabat sebagai Komisaris Pertamina, sedangkan Widhyawan sebagai direktur utama (dirut) Pertamina, Dahnil melalui keterangan tertulisnya pada Sabtu kemari (4/10) mengatakan, "Salah satu hulu permasalahan perminyakan di Indonesia adalah manajerial BUMN Pertamina yang selama ini kita anggap miskin transparansi dan akuntabilitas. Pertamina menjadi salah satu BUMN sapi perahan vested group (kelompok kepentingan) tertentu."
Ketua Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah itu mengatakan, guna mendorong perubahan tata kelola Pertamina, harus dicari orang yang integritasnya baik dan teruji untuk menduduki pucuk pimpinan PT Pertamina. "Nah, kelompok Ari Soemarno ini adalah kelompok yang selama ini sangat diragukan integritasnya. Jadi, sulit berharap mereka bisa mengubah Pertamina," ujarnya. Jika kelompok ini benar menempati tampuk pimpinan Pertamina, lanjut Dahnil, Pertamina akan tetap menjadi perusahaan perahan politisi dan penguasa. "Dan pengelolaan produksi perminyakan kita di Indonesia tetap akan dikendalikan perubahan multinasional yang jauh lebih baik teknologinya dibandingkan Pertamina," kata Dahnil.
Sementara itu, peneliti pada Indonesia Energy Watch (IEW) sekaligus Sekretaris Jenderal DPP Gerakan Pemuda Nusantara, Muhamad Adnan, juga mengatakan Ari Soemarno kerap disebut banyak kalangan sebagai salah satu godfather mafia migas Indonesia, selain Purnomo Yusgiantoro di hulu dan M Riza Chalid di Petral.
Adnan pun mengingatkan kasus suap tetraethy lead (TEL) oleh Innospec Ltd, perusahaan energi asal Inggris, pada tahun 2005 untuk memperlancar program penundaan penerapan bensin bebas timbel. Kasus ini melibatkan Direktur Pengolahan Pertamina saat itu, Suroso Atmomartoyo. Juga Direktur Jenderal Migas Kementrian ESDM Rahmat Sudibyo.
Innospec Ltd, produsen zat tambahan bahan bakar TEL, menyuap pejabat-pejabat sektor migas Indonesia sebesar US$ 8 juta agar menunda penerapan bensin bebas timbel, yang seharusnya sudah dimulai sejak 1999. “Pengadilan Southwark Crown Inggris telah menjatuhkan denda kepada Innospec Ltd sebesar US$ 12,7 juta karena terbukti menyuap pejabat pejabat migas Indonesia sebesar US$ 8 juta. Namun, kasus yang ditangani KPK sejak 2011 ini seolah mandek. Arie Soemarno diduga kuat sebagai penghubung dan dalang utama di belakang kasus ini,” ungkap Adnan.
Di sisi lain tambah Adnan, mantan Direktur Niaga Pertamina itu, saat menjabat Dirut pertamina 2006-2009 memelopori impor minyak zatapi dari Malaysia melalui Gold Minor International Ltd sebesar 600 ribu barel pada akhir tahun 2007, yang diklaim menghemat anggaran negara sebesar US$ 3 juta. Kasus yang kemudian terkenal dengan zatapi gate ini adalah minyak oplosan dari Sudan.
Pansus BBM DPR RI dalam audit investigatifnya menyebutkan potensi kerugian negara dalam kasus impor minyak zatapi ini sebesar Rp 427 miliar. Dalam kasus ini, empat orang jajaran Pertamina telah ditetapkan sebagai tersangka, yaitu Khrisna Damayanto (Vice President Redana), Burhanudin (Ketua Tim Lelang), Sofrinaldy (Manajer Perencanaan Direktorat Pengolahan), dan Heri purwoko (staf Rencana Operasi Direktorat Pengolahan).
“Namun, aneh bin ajaib, Ari Soemarno sebagai otak dari skandal zatapi gate ini tetap tidak tersentuh hukum,” kata Adnan yang tak dapat menutupi rasa herannya.
(Fahmi 99)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !