Headlines News :
Home » , » Kejatuhan Seorang Prabowo (2)

Kejatuhan Seorang Prabowo (2)

Written By Unknown on Rabu, 20 Agustus 2014 | 09.33

RealitasNews - Pada  tahun 1970,  Prabowo mendaftarkan diri  ke  Akmil.Kehidupan  di sana jauh  beda  dari kenyamanan yang  telah  dikenalnya. Ia merasa bawa para seniornya berlaku lebih keras kepadanya dan anak-anak
elite lainya. Ketika pangkatnya diturunkan karena pelanggaran disiplin, ibunya mengatakan kepadanya  ia  boleh meninggalkan  akademi  itu kalau mau,  ia menolak. Kata saya: “Tidak, saya senang pada Angkatan Darat. Apa pun yang
terjadi, saya akan tetap di Angkatan Darat.”

Keputusan itu ternyata mempunyai konsekuensi penting. Angkatan Darat
memper-temukannya  dengan  keluarga  presiden.  Komandannya  dalam
pasukan khusus pada awal-awal  1980,  adalah ipar Soeharto.  Minat  keluarga
presiden tergugah oleh perwira muda yang berasal dari keluarga terhormat itu
dan ia dijodohkan dengan putri  kedua Soeharto.  Siti  Hediati  Harijadi  (Titiek).
Pasangan itu menikah tanggal 8 Mei 1983.

Prabowo  tak  dapat  mengatakan  dengan  tepat  kapan  bisik-bisik  mulai
terdengar  setelah itu,  tetapi  ia tahu isinya.  Bahwa ia kesayangan Soeharto.
Bahwa perjalanan kariernya telah dibuat  lancar  melalui  promosi.  Bahwa ia
mendapat  perintah-perintah  langsung  dari  presiden  dengan  melampaui
lapisan-lapisan perwira yang lebih senior. 

 Bahwa ia menikmati  kepentingan-kepentingan  bisnis  keluarga  Soeharto  maupun  bisnis  keluarganya  sendiri. Prabowo berpendapat bahwa ketidaksenangan itu bukan semata-mata karena hubungannya.  Melainkan karena,  menantu atau bukan,  ia sedang menjalan-
kan suatu visi kemiliteran yang berlawanan dengan apa yang diharapkan oleh
pimpinan-nya.  “Saya  menghendaki  kualitas  tinggi.  Saya  menghendaki
profesionalisme.  Saya  meng-hendaki  disiplin,”  katanya.  “Tetapi  banyak  di
antara  jenderal  yang  masa  bodoh.  Mereka  mengatakan  saya  datang  dari
keluarga kaya. Tetapi mereka lebih feodal.”

Sebagai  pemimpin  latihan  Kopassus,  Prabowo  merasionalisasi  latihan-
latihan,  mem-bersihkan  manajemennya  dan  bahkan  perwira-perwiranya
dilarang bermain golf,  per-mainan yang digemari  para jenderal.  Pada tahun
1995 ia menjadi  wakil  komandan Kopassus,  ia dinaikkan menjadi  komandan
tahun berikutnya.  Kopassus  dengan cepat  mencapai  reputasi  sebagai  salah
satu  cabang  militer  yang  terlatih  paling  baik  -dan  punya  dana  terbaik.
Prabowo mengakui  bahwa ia memperoleh uang dari  kontak-kontak bisnis di
luar militer. “Bukan saya saja yang melakukan begitu,” katanya membantah.
“Banyak  perwira  melakukannya.  Saya  terpaksa  melakukan  begitu.  Budget
kami tidak pernah cukup.”

Prabowo  juga  menyarankan  -dengan  hati-hati-  agar  keluarga  presiden
merangkul perubahan. Selama bertahun-tahun, ia mencoba memperingatkan
ketidaksenangan publik yang semakin besar terhadap pemerintahan Soeharto
yang otoriter dan korupsi, terutama di kalangan ipar-iparnya. Istrinya pun ikut-
ikutan mengembangkan kepentingan-kepen-tingan usahanya.  Kata Prabowo,
ia berusaha mencegah istrinya tetapi  percuma.

  “Lambat  laun saya menjadi dongkol,” katanya. “Ia (Soeharto) terlalu percaya diri. Pada pendapat-nya tidak diperlukan perbaikan pada sistem pemerintahan.” Jadi disamping perselisihan-perselisihannya  dengan  jenderal-jenderal  Soeharto,  Prabowo  juga
meningkatkan  ketegangannya  dengan  anak-anak  Soeharto.  Katanya:  “Pada
akhirnya saya sadar bahwa semua senyuman mereka hanyalah kedok semata.
Mereka  mengatakan  sesuatu  kepada  saya  dan  melakukan  yang  lain  di
belakang saya.”

Namun Prabowo tetap loyal pada Soeharto. “Saya sudah telanjur sebagai
seorang  samurai,”  katanya.  “Seorang  samurai  tidak  meninggalkan  yang
dipertuannya.” Kesetiaan Prabowo boleh jadi menjadi kunci mengapa Soeharto
mentolerir dia. Selama Prabowo tetap loyal, semua tingkahnya, obsesinya, ide-
idenya  untuk  mengadakan  reformasi,  kecaman-kecamannya,  kedekatannya
dengan  lawan-lawan  Orde  Baru  -akan  dapat  dijadikan  aset.  “Ada  satu  hal
engenai  Pak  Harto,”  kata  purnawirawan  jenderal  Hasnan  Habib,  “ia
mengenali orang melalui intuisinya.”

Pergesekan-pergesekannya  yang  terus  menerus  dengan  atasannya
barangkali  mem-percepat  kejatuhannya.  Mantan  jurubicara  TNI  Mayjen
Sudrajat  teringat  ketika ia bermalam-malam hingga larut  berdiskusi  tentang
reformasi  militer  dengan  Prabowo.  “Ide-idenya  sangat  cemerlang,”  kenang
Sudrajat. “Tetapi ia terlalu kurang sabar. Ia tak mau menunggu hingga sistem
itu sendirilah yang mengadakan reformasi.  Ia mengadakan jalan-jalan pintas
yang  menyinggung  perasaan  atasan-atasannya.

” Prabowo  mengakui kesalahannya: “Waktu itu saya berpikir, hasil-hasil reformasi itu pada akhirnya akan  meluas.  Saya  tidak  banyak  memikirkan  bagaimana  harusnya
menyenangkan hati  orang.  Saya pikir,  reputasi  saya,  performa saya sudah
cukup.”

Prabowo dengan naifnya mengira bahwa memenangi  permainan politik
hanyalah soal keunggulan dirinya sendiri. Ketulus-ikhlasan yang keras kepala
ini  menopangnya dalam kenaikannya dan perjuangan-perjuangannya dalam
lingkungan sistemnya Soeharto dan memberinya kharisma. Tetapi itu jugalah
yang membuatnya mudah dimanipulasi dan berkhayal. Pada akhirnya, ia yakin
bahwa  Orde  Baru  yang  otoriter  itu  perlu  dipertahan-kan.  Barangkali  pada
waktu itu ia tidak punya pilihan lain lagi.  Sebagai  jenderal  dan menantunya
Soeharto,  ia menjadi  bagian yang tak terpisahkan dari  Orde Baru itu.  

Sangidealis yang berencana mencapai puncak telah terperosok terlalu dalam.
“Saya  tetap  berharap  agar  Soeharto  boleh  jadi  pada  akhirnya  akan
mengadakan  reformasi  atau  menyerahkan  kendali  kepada  seseorang  yang
mau melakukannya,” katanya. Itulah senantiasa harapan saya: reformasi dari
dalam, reformasi dari atas. Tetapi ketika sistemnya menjadi begitu tersumbat,
itu tidak dapat  dilakukan.  Mungkin itulah salah satu dari  antara kegagalan-
kegagalan saya –yang pada waktu itu tidak dapat saya lihat.” (Asiaweek)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Jumlah Pembaca

 
Support : Copyright © 2011. Realitas News - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Realititas News