Supir Gelap Pada Pilpres 2014 (3)
Written By Unknown on Rabu, 02 Juli 2014 | 14.43
Oleh: Ronin Samurai
RealitasNews- Penumpang gelap yang berharap jabatan, dengan alih-alih tekad “mengabdi kepada bangsa dan negara” sesungguhnya niat dasar dari model ini adalah dengan mengharapkan jabatan. Biasanya model ini akan segera masuk Barisan Sakit Hati manakala ternyata di kemudian hari tidak mendapatkan jabatan. Meskipun banyak yang masuk dalam Timses, namun tidak semuanya tulus untuk memperjuangkan visi, misi dan kepentingan nasional.
Hal ini sangat lumrah dan merupakan model yang paling banyak beredar. Meskipun kurang tepat dikatakan sebagai penumpang gelap, karena banyak yang posisinya terang benderang di dalam Timses, namun ada kalanya ketika tujuan menjadi menyempit untuk masa depan jabatan yang bersangkutan, dirinya menjadi menggelapkan diri dalam fanatisme dan mendorong hal-hal yang negatid baik terhadap lawan politik atau bahkan juga kepada kawan politik manakala terjadi konflik internal.
Penumpang gelap misi kelompok tertentu, yakni masuknya seseorang atau sekelompok orang atau grup sebagai pendukung salah satu capres/cawapres. Model ini akan tampak menawarkan kepada pihak-pihak yang bersaing dengan melakukan kalkulasi apakah ada yang akan memperjuangkan misi kelompoknya. Selain akan tampak adanya tawaran kontrak politik, model ini sesungguhnya hanya peduli dengan misi kelompok yang fokus. Dapat bersifat positif seperti perlindungan lingkungan, pembela HAM, dll. Namun banyak juga yang negatif, misalnya perlindungan bisnis kelompok tertentu, dll.
Penumpang gelap antek asing yang memperjuangkan misi asing di Indonesia. Perubahan pemerintah akan selalu menjadi perhatian dari negara lain dan seringkali terjadi kekhawatiran atau keinginan untuk mempengaruhi politik suatu negara oleh negara lain. Hal ini merupakan bagian dari operasi intelijen dalam bentuk covert action yang ditujukan agar pemerintahan baru di suatu negara tidak akan menjadi ancaman bagi negara yang berkepentingan. Model ini biasanya halus dan sulit dideteksi, namun ciri-cirinya adalah mengupayakan adanya suatu pengaruh tertentu ke dalam kebijakan luar negeri, ekonomi internasional, pertahanan, dan keamanan.
Sekali lagi istilah penumpang gelap sangat kontroversial dan tidak sepenuhnya tepat dalam model-model di atas. Namun setidaknya catatan ini dapat menjadi bahan pemikiran baik bagi para capres/cawapres, para Timses, dan masyarakat, agar ke depannya kita semua semakin dewasa dalam berpolitik dan berdemokrasi.
Penulis memperbaiki sedikit pendapat di atas, khusus pada pilpres 2014, lebih dominan eksistensi supir gelap daripada penumpang gelap.
Supir gelap ini adalah para tuan dan majikan Jokowi yang terdiri dari :
Para jenderal tuan binaan LB Moerdani yang ingin berkuasa dan mengendalikan negara melalui Jokowi. Kita sebut saja mereka para jenderal haus kekuasaan dan ingin memuaskan syahwat berkuasa. Mereka tidak mampu tampil sebagai capres, solusinya mereka menciptakan capres boneka : Joko Widodo.
Para elit konglomerat cina Indonesia yang tidak puas dengan hegemoni ekonomi yang telah diraihnya, dan ingin punya kekuasaan politik untuk memantapkan dominasi ekonomi serta meningkatkan pengaruh politiknya secara langsung di Indonesia. Mereka mendukung penuh Jokowi karena capres ini tidak punya jiwa nasionalis dan patriotis sehingga mudah bagi elit konglo cina ini untuk mewujudkan tujuan mereka : berkuasa secara politis di Indonesia.
Faksi Kristen dan Faksi Komunis di PDIP menjadi tuan dan majikan Jokowi sejak pertama kali Jokowi akan menjadi walikota Solo pada tahun 2004 lalu. Mereka adalah pencipta dan pembentuk Jokowi untuk pertama kalinya. Tujuan mereka adalah untuk meraih kekuasaan melalui capres boneka Jokowi atau setidaknya mereka bisa menjadi bagian dari kekuasaan pemerintahan Jokowi. Target minimal mereka adalah mewujudkan PDIP menjadi partai yang sepenuhnya mengusung misi Kristen atau Komunis.
Para pengusaha pribumi, menjadi supir cadangan dalam pilpres 2014 ini. Mereka masuk dalam daftar supir cadangan dengan tujuan agar kepentingan bisnis mereka dapat tercapai dengan kemenangan Jokowi. Syukur – syukur salah satu dari mereka bisa menjadi menteri atau menduduki jabatan politik lainnya.
Begitulah nasib pilpres 2014. Calon presiden yang tampil bukan tokoh terbaik malah sang petruk yang dibedaki tebal agar terpilih menjadi raja.
Label:
Opini




0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !