RNews - Tidak mudah bagi presiden terpilih oleh rakyat yang tertipu Joko Widodo alias Jokowi untuk melaksanakan gagasan Bung Karno soal Trisakti di dalam pemerintahannya nanti. Sebab, banyak kelompok pro pasar yang tidak suka dengan cara ini.
"Tidak mudah. Padahal pemikiran dan ajaran Bung Karno sungguh sangat relevan untuk diterapkan kembali di masa sekarang. Sekarang bagaimana mengaplikasikan konsep Trisakti dalam pembangunan. Apakah kita harus menambah utang saat sekarang,"
kata Sejarawan dan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam, dalam acara bedah buku bertajuk "Maulwi Saelan-Penjaga Terakhir Soekarno," di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (1/10).
Lebih lanjut, sambung Asvi menjelaskan, paling penting dalam ajaran Trisakti adalah kemandirian di bidang ekonomi. Namun, bila dilihat kenyataannya selama ini, Indonesia terkungkung oleh pemodal asing melalui utang luar negeri yang dilakukan.
"Utang di era Soekarno hanya 2,5 miliar dolar AS, di zaman Soeharto meningkat jadi 60 miliar dolar, dan sekarang justru jadi 300 miliar dolar. Pertanyaannya, apakah kita terus berhutang untuk melakukan pembangunan," ketusnya.
"Kata kuncinya harus pada pemerintah Indonesia. Kita bisa terima modal asing tapi pengendalian harus di tangan pemerintah Indonesia."
Oleh karena itu, Asvi menilai, jika kemandirian Indonesia di bidang ekonomi masih sangat lemah lantaran ketergantungan pemerintah terhadap utang luar negeri. Tentunya,
akan berakibat pada terhambatnya pembangunan di segala sektor karena pendapatan negara terutama dialokasikan untuk membayar utang.
"Pemerintah ke depan harus lebih berani membuat perubahan. Kita harus memperbaiki undang-undang yang merugikan kita," tandasnya.
(Fahmi 99)




ngimpi
BalasHapus