Headlines News :
Home » , » Jum'at Keramat Bagi PDIP dan Koalisinya

Jum'at Keramat Bagi PDIP dan Koalisinya

Written By Unknown on Jumat, 26 September 2014 | 16.13

RNews  -  Menjelang pukul 02.00 Jumat dini hari (26/9) akhirnya Rapat Paripurna DPR RI menyetujui RUU Pemilihan Kepala Dearah (Pilkada), dengan opsi pilkada dikembalikan ke DPRD. Keputusan tersebut diambil melalui mekanisme voting di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta.

Dari hasil voting tersebut, total gabungan dari fraksi-fraksi dalam Koalisi Merah Putih meraih suara sebanyak 226, sedangkan Fraksi PDIP dengan mitra koalisinya plus 17 suara dari Fraksi Partai Golkar dan Fraksi Demokrat hanya memperoleh 135 suara.

Dalam rapat paripurna itu, pimpinan hanya menetapkan dua opsi untuk di-voting. Pertama: pilkada secara langsung. Kedua: pilkada dikembalikan ke DPRD. Mekanisme voting dilakukan secara terbuka per fraksi, yakni dengan berdiri, untuk menunjukkan persetujuan terhadap opsi yang dipilih.

Yang memulai voting adalah Fraksi Partai Golkar, yang dipimpin Priyo Budi Santoso. Ia meminta kepada anggota Fraksi Partai Golkar untuk menunjukkan pilihannya. "Anggota Fraksi Partai Golkar yang memilih opsi pertama, yakni pilkada secara langsung, silakan berdiri," ujarnya. Sebanyak 11 anggota langsung berdiri. Priyo pun menjadi kaget karena sejumlah politisi senior Partai Golkar tampak berdiri.

Anggota Fraksi Partai Golkar yang memilih opsi dua sebanyak 73 anggota. Priyo pun lalu meminta kepada anggota Fraksi PDIP yang memilih opsi pertama untuk berdiri.

Terjadi perbedaan penghitungan antara satu saksi dengan saksi yang lain. Akhirnya, Priyo meminta penghitungan ulang. "Tolong dihitung ulang, karena satu suara pun akan menentukan kemenangan," tuturnya. Ketika dihitung ulang, Priyo menyebut jumlahnya 88 anggota.

Fraksi PKS 55 anggota, Fraksi PAN 44 anggota, dan Fraksi PPP 32 anggota semuanya memilih opsi kedua, yakni pilkada lewat DPRD.

Sebanyak 20 anggota Fraksi PKB memilih opsi pertama, sebanyak 22 anggota Fraksi Gerindra memilih opsi kedua, dan 10 anggota Fraksi Hanura memilih opsi pertama.

Pada rapat paripurna itu hanya ada enam anggota Fraksi Partai Demokrat yang bertahan dan mereka memilih opsi pertama. Yang lainnya memilih bersikap walk out, yakni tidak ikut memilih salah satu opsi.

Perwakilan Fraksi Partai Demokrat, Benny K Harman, ketika diberikan kesempatan oleh pimpinan rapat paripurna, Priyo Budi Santoso, untuk berbicara, menyatakan, Fraksi Partai Demokrat memilih bersikap walk out.

"Kami dari Fraksi Partai Demokrat tidak ingin membuat masalah lebih lanjut pada pembahasan RUU Pilkada. Karena itu, Fraksi Partai Demokrat memilih netral," ujarnya.

Ia menegaskan, Fraksi Partai Demokrat tidak berpihak kepada fraksi-fraksi yang mendukung pilkada melalui DPRD, tapi di sisi lain 10 persyaratan untuk pilkada langsung yang diusulkan Fraksi Partai Demokrat juga tidak diakomodasi dalam rapat paripurna. Karena itu, kata Benny, Fraksi Partai Demokrat tidak ingin membuat masalah lebih lanjut sehingga memilih bersikap walk out.

Pimpinan rapat paripurna Priyo Budi Santoso sebelumnya meminta tanggapan dari fraksi-fraksi setelah Fraksi Partai Demokrat menyampaikan 10 persyaratan dan merupakan opsi ketiga. Fraksi PDI Perjuangan, PKB, dan Hanura menyatakan tanggapannya dengan mengatakan mendukung 100% usul Fraksi Partai Demokrat.

Lima fraksi lainnya mengusulkan agar langsung dilakukan mekanisme voting. Priyo Budi Santoso kemudian menyatakan akan dilakukan voting dengan hanya dua opsi dan mengetukkan palu. Rupanya, pernyataan dan tindakan Priyo tidak disetujui sejumlah anggota DPR. Suasana pun menjadi memanas.

Beberapa anggota DPR RI langsung berteriak mengajukan interupsi, meminta Priyo membatalkan keputusan yang tiba-tiba itu. Karena, mermang, belum ditawarkan lagi ke forum, apakah akan voting dengan tiga opsi atau dua opsi. Namun, Priyo yang tiba-tiba mengutok palu untuk keputusan dua opsi mengabaikan permintaan mereka.

Priyo tetap saja meminta perwakilan dari Fraksi Partai Demokrat berbicara. Sejumlah anggota DPR RI, terutama dari Fraksi PDIP, Fraksi PKB, dan Fraksi Hanura, meminta agar pimpinan rapat mencabut ketuk palu dan menyepati opsi yang akan diambil.

Priyo tetap mengabaikan permintaan itu dan meminta perwakilan dari Fraksi Partai Demokrat berbicara. Beberapa anggota DPR pun maju ke depan mimbar dan meminta Priyo mencabut dulu keputusan itu.

(Fahmi 99)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Jumlah Pembaca

 
Support : Copyright © 2011. Realitas News - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Realititas News