Rnews - Langkah
PT Pertamina untuk mengurai antrean BBM bersubsidi di SPBU mulai dilakukan.
Namun, keputusan tersebut membuat adanya potensi kuota BBM bersubsidi jebol.
Pemerintah pun masih belum memberi kejelasan soal kemungkinan tersebut.
Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Hanung Budya
mengatakan, pihaknya sudah tidak lagi memangkas alokasi BBM bersubsidi untuk
SPBU. Bahkan, pihaknya sengaja menambah volume pasokan harian sebesar 30 persen
untuk mengurai antrean di sejumlah SPBU. "Biasanya konsumsi premium
nasional 81.132 kilo liter (kl) per hari. Kali ini, ditambah 30 persen
lagi," jelasnya di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, kemarin.
Kebijakan tersebut, lanjut dia, merupakan tindakan
penanggulangan sementara. Menurutnya, pihaknya akan melakukan penambahan untuk
2-3 hari kedepan untuk meredakan keresahan di masyarakat. "Tujuannya untuk
mengurangi antrean di SPBU akibat panic buying masyarakat. Supaya normal
dulu," ungkapnya.
Selain mengembalikan volume alokasi, dia juga menganulir
beberapa bentuk pengendalian lain. Misalnya, larangan penjualan premium di 29
SPBU Jalan Tol Indonesia. Pasalnya, hal tersebut dinilai tak memberikan
kontribusi penghematan konsumsi BBM subsidi. Hal tersebut hasil evaluasi sejak
pemberlakukan awal Agustus lalu hingga 25 Agustus. "Pembelian premium di
SPBU jalan tol rata-rata sekitar 700 kl per hari. Namun setelah dilarang,
konsumsi premium di SPBU yang berada di luar jalan tol justru meningkat 700 kl
per hari. Jadi kami menyimpulkan tidak efektif," jelasnya.
Namun, boleh dibilang kebijakan tersebut punya dampak
lain. Yakni, jebolnya kuota volume BBM bersubsidi. Dengan pengembalian alokasi,
pihaknya memperkirakan total konsumsi BBM bersubsidi 2014 menjadi 47,35 juta
kl. Itu 2,9 persen diatas kuota BBM APBN-P 2014 sebesar 46 juta kl. "Kami
perkirakan terjadi kelebihan penyaluran BBM subsidi sekitar 1,35 juta kl,"
tuturnya.
Dia menegaskan, Pertamina bersedia melonggarkan keran
penyaluran dengan jaminan dari pemerintah. Menurutnya, kelebihan penyaluran BBM
bersubsidi nanti tak akan menjadi tanggung jawab Pertamina. "Berdasarkan
instruksi Menko Perekonomian Chairul Tanjung, Pertamina diminta tidak lagi
melakukan pemotongan kuota. Jika ada kelebihan penyaluran maka tanggung
jawabnya ada di pemerintah. Bukan di Pertamina," paparnya.
Sementara itu, Vice Presiden Fuel Retail Marketing
Pertamina Muhamad Iskandar mengatakan, keputusan untuk mengurangi alokasi BBM
dilakukan karena kebijakan BBM sebelumnya tak efektif.
Mulai dari peniadaan premium di SPBU jalan tol sampai
pembatasan waktu penjualan di beberapa wilayah tak menghasilkan penghematan.
Karena itu, pihaknya memutuskan untuk memangkas BBM secara prorata. Hal
tersebut diakui mempunyai dampak langsung.
"Sesuai target kami," seharusnya bisa menghemat
sekitar 5 ribu kl. Normalnya kan sekitar 81 ribu kl per hari. Sedangkan,
konsumsi harian solar sebanyak 44 ribu kl. Dengan pengendalian ini, konsumsinya
premium menjadi 75.897 kl atau hemat 5.674 kl per hari. Sementara solar menjadi
38.805 kl atau dapat hemat 5.979 kl per hari," jelasnya.
Pada kesempatan lain, Menteri ESDM Jero Wacik mengaku,
tindakan yang paling penting saat ini adalah mengatasi antrean di SPBU. Soal
kemungkinan tak cukupnya kuota sebelum akhir tahun, pihaknya mengaku bakal
mencari solusi. "Yang penting antrean berkurang dulu. Rakyatnya tenang.
Hematnya pelan-pelan. Kalau kurang di bulan November, kami cari
solusinya," ungkapnya.
Menurut pantauannya, antrean yang ada di SPBU sudah
dilaporan terurai sekitar 85 persen. Dengan perkembangan itu, dia mengaku
kondisi seharusnya sudah normal kemarin malam. Dia pun terus menghimbau
untuk masyarakat menghemat dalam membeli BBM bersubsidi. "Kalau yang non
subsidi mau dibeli penuh-penuh boleh. Tapi, kalau yang subsidi ini yang harus
kita kendalikan," imbuhnya.




belum pernah ikut antri BBm ^_^
BalasHapus